Memprediksi Kapan Saatnya Bintang Mati

Pengamatan selama tiga tahun terhadap sebuah galaksi bernama Whirlpool berujung pada penemuan mengejutkan. Bahwa sebuah bintang bisa diprediksi kapan akan menemui 'ajalnya'.

Ditemukan 11 Sistem Tata Surya Baru

Teleskop pemburu planet milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Kepler, berhasil menemukan 11 sistem tata surya baru yang menjadi 'rumah' bagi 26 planet. Salah satu dari tata surya ini memiliki lima planet yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya, lebih dekat dibanding jarak planet Merkurius dengan Matahari di tata surya kita.

Ahli Astrofisika Indonesia Temukan Planet Tertua

Bintang induknya bernama HIP 11952. Sistem HIP 11952 merupakan sistem tata surya yang diketahui oleh para astronom sebagai tata surya generasi pertama. HIP 11952 juga menyandang julukan "Sannatana", kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti abadi atau purba.

Ada Miniatur Tata Surya

Pada 11 Januari 2012, para astronom mengumumkan temuan akan sebuah miniatur tata surya atau sistem planet yang terdiri atas tiga planet.

Molekul Kehidupan Bisa Terbentuk Sebelum Planet

Astronom berpandangan bahwa planet terbentuk ketika debu yang ada di piringan protoplanet (terdiri atas gas dan debu) membentuk bongkahan batu dan secara bertahap membangun bola lebih besar hingga menjadi planet.

Modul Pertama Stasiun Luar Angkasa China Segera Meluncur

0 comments

roket,stasiun luar angkasa,china
Persiapan modul luar angkasa pertama China telah memasuki tahap akhir. Wahana yang merupakan prototipe stasiun luar angkasa masa depan itu dijadwalkan untuk mengangkasa minggu ini.

Modul tanpa awak yang diberi nama Tiangong (Istana Surgawi) 1 tersebut semula dijadwalkan meluncur antara tanggal 27-30 September. Namun adanya prediksi cuaca dingin membuat jadwal peluncuran bergeser ke tanggal 29 atau 30 September.

Tiangong 1 akan diluncurkan dari Jiuquan Satellite Launch Center di barat laut China dengan menggunakan roket Chinese Long March 2F. Selain itu, Tiangong 1 dirancang untuk terkoneksi dengan tiga wahana angkasa lain yaitu Shenzhou8, Shenzhou 9, dan Shenzhou 10 yang akan diluncurkan kemudian. Apablia berhasil, manuver seluruh wahana angkasa tersebut akan menandai docking stasiun luar angkasa pertama China di orbit.

Para ahli berpendapat, upaya tersebut merupakan langkah maju yang signifikan bagi program luar angkasa China. Sekaligus menunjukkan kemajuan penting dari rencana pembangunan stasiun luar angkasa seberat 60 ton pada tahun 2020.

Tiangong 1 akan membawa perlengkapan medis maupun peralatan eksperimen pada penerbangannya. Seluruh teknisi sudah memastikan modul tersebut berada dalam kondisi terbaik dan siap diluncurkan. Mereka bahkan sudah melakukan simulasi peluncuran pada Minggu sore (25/9). "Tempat peluncuran sudah sangat siap mendukung misi Tiangong 1," kata Cui Jijun, Kepala Sistem Peluncuran dan Direktur Jiuquan Satellite Launch Center.

China merupakan negara ketiga, setelah Amerika Serikat dan Rusia, yang mengirimkan antariksawannya ke orbit secara mandiri. Misi berawak pertama China, Shenzhou 5, dimulai pada tahun 2003 yang kemudian diikuti misi berawak berikutnya pada 2005 dan 2008.

NASA Rilis Peta Topografi Digital

0 comments

http://topnews.in/usa/files/NASA_7.jpg
NASA merilis peta topografi digital bumi terbaik yang pernah ada, pada Senin (17/10). Peta yang disebut dengan global digital elevation model tersebut dibuat dengan citra yang diambil oleh Japanese Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER), instrumen yang terdapat di satelit TERRA milik NASA.
Peta tersaji dalam bentuk 3D, dibuat dengan menggabungkan sepasang gambar 2D untuk menciptakan kedalaman. Versi pertama dari peta ini telah dirilis NASA dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang pada tahun 2009.
"ASTER global digital elevation model sudah menjadi peta topografi yang paling komplet dan konsisten di dunia. Dengan pengembangan ini, resolusi yang dimiliki dalam banyak aspek sebanding dengan data AS dari Shuttle Radar Topography Mission NASA dan mampu mencakup wilayah yang lebih luas," kata Woody Turner, ilmuwan yang terlibat program ASTER di kantor pusat NASA, Washington.
Data ASTER mencakup 99 persen wilayah dataran Bumi, yang membentang dari 83 derajat lintang utara hingga 83 derajat lintang selatan.
Versi peta yang telah dikembangkan berhasil menambah 260.000 pasangan gambar stereo untuk meningkatkan cakupan wilayah. Fiturnya mencakup resolusi spasial yang telah dikembangkan, peningkatan akurasi vertikal dan horizontal, cakupan yang lebih realistis di wilayah perairan, serta kemampuan mengidentifikasi danau yang diameternya hanya 1 km.
Peta ini tersedia dalam jaringan dan bisa diakses siapa pun tanpa biaya. "Data dari peta bisa diaplikasikan secara luas, dari perencanaan pembangunan jalan raya dan perlindungan tanah yang punya nilai lingkungan dan kultural, hingga mencari potensi alam tertentu," kata Mike Abrams, pemimpin tim ilmuwan ASTER di Jet Propulsion Laboratory di Pasadena.

Bangkai Satelit ROSAT Jatuh di Asia

0 comments

http://banganjas.files.wordpress.com/2011/02/satelit.jpg 
Satelit riset yang sudah tak terpakai milik Jerman, Roentgen Satellite (ROSAT) pada Minggu (23/10) lalu dipastikan jatuh di Teluk Bengali, tepatnya pukul 01.50 GMT. Agensi ruang angkasa Jerman (DLR) memastikan hal tersebut.

Sebelumnya, para pakar masih belum bisa memastikan lokasi jatuhnya ROSAT meski sudah bisa memperkirakan waktu jatuhnya. Konfirmasi dari DLR membawa kepastian bahwa bangkai satelit tersebut jatuh di lautan dan bukan di kawasan berpenghuni.

 
Satelit sebesar mobil minivan tersebut diperkirakan terbakar sebagian di angkasa saat menembus atmosfir pada kecepatan 450 km per jam. Akan tetapi masih ada sekitar 30 bagian satelit yang tidak hancur dan terjun bebas ke Bumi. 

Bagian satelit yang tidak hancur tersebut merupakan observatorium sinar-X, yang terdiri dari cermin tahan panas dan komponen lain yang berbahan keramik, dengan berat diperkirakan mencapai 1,6 ton.

Satelit ROSAT diluncurkan Juni 1990, merupakan misi gabungan antara Jerman, Amerika Serikat dan Inggris. Satelit observatorium seberat 2.426 Kg itu merupakan teleskop sinar-X yang mempelajari radiasi dari bintang-bintang, nebula, lubang hitam (black holes) dan supernova.

ROSAT telah membantu ilmuwan dalam menambah pemahaman mereka akan asal-muasal, struktur dan evolusi alam semesta. Satelit tersebut dirancang untuk misi 18 bulan, akan tetapi mampu beroperasi melebihi jangka waktu misinya.

Bulan lalu, bangkai satelit milik NASA, Upper Atmosphere Research Satellite (UARS), juga jatuh ke bumi dan menghantam Samudera Pasifik pada 24 September. UARS jauh lebih besar dari ROSAT dengan bobot seberat 6,5 ton, namun komponen yang kembali ke bumi diperkirakan berbobot total setengah ton.

Saat ini muncul pemikiran untuk memperketat kebijakan mengenai batasan jumlah puing satelit yang kembali ke Bumi setelah masa pakainya berakhir. Akan tetapi kebijakan tersebut tampaknya masih akan berlaku lama.

Stasiun-stasiun pengamatan ruang angkasa biasanya setiap hari melihat sedikitnya ada satu serpihan sampah angkasa yang jatuh secara tak terkendali.

Penglihatan Astronaut Terganggu Setelah Menjalankan Misi

0 comments

astronot,misi,penglihatan,saraf
Pengelihatan pada astronaut yang menjalani misi panjang di angkasa ternyata mengalami masalah. Penelitian terbaru mengatakan bahwa pengelihatan astronaut dapat menjadi kabur. Hal ini mengakibatkan masalah baru untuk misi ke luar angkasa berikutnya, seperti perjalanan ke asteroid dan Mars yang sudah direncanakan.
Peneliti mengambil tujuh orang astronaut yang berumur rata-rata 50 untuk dijadikan sampel. Ketujuh astronaut itu telah menjelajah angkasa untuk enam bulan atau lebih. Mereka mengeluhkan pengelihatan yang menjadi kabur saat bekerja dan tinggal di laboratorium. "Astronaut yang berumur lebih dari 40 tahun, lensa mata mereka akan kehilangan daya untuk merubah fokus," jelas ophthalmologist Thomas Mader.
Tim peneliti menemukan adanya keabnormalan pada pengelihatan astronaut, termasuk perubahan pada lapisan, cairan, dan syaraf bola mata. Peneliti berprediksi bahwa ini bisa terjadi karena adanya tekanan di dalam kepala para astronaut yang biasa disebut dengan tekanan intrakranial. "Tapi astronaut tidak pernah mengeluhkan adanya tanda-tanda tekanan intrakranial dalam diri mereka," bantah tim peneliti.
Thomas berpendapat bahwa hal ini mungkin terjadi karena adanya cairan yang berpindah ke bagian depan kepala saat astronaut mengalami antigravitasi di luar angkasa. Sampai sekarang, peneliti masih mencari astronaut yang mungkin terkena efek lebih sedikit, sehingga bisa diteliti dan merencanakan ulang perjalanan ke Mars.

NASA Kehilangan Koleksi Batu dari Bulan

0 comments

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kehilangan 500 batu dari Bulan yang selama ini menjadi koleksi. Bukan hanya batu, tapi juga meteorit, pecahan komet, dan benda-benda luar angkasa lain yang hilang atau diambil orang sejak tahun 1970. 
Jumlah ini termasuk 218 sampel dari Bulan yang sempat dicuri dan dikembalikan. Serta sekitar dua lusin batu dari Bulan dan pecahannya yang dilaporkan juga hilang tahun lalu, demikian dilansir Agen Inspeksi Umum NASA, Kamis (8/12). 
Kehilangan ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya kelalaian dan kurangnya kontrol dalam kepemilikan. Saat ini , NASA sudah meminjamkan 26 ribu sampel dari Bulan yang dibagikan pada pihak peneliti dan beberapa museum. Namun, proses pengembaliannya selalu terkendala kelalaian antar petugasnya.
Sebagai contoh saat NASA meminjamkan sampel dari Bulan pada Observatorium Astronomi Delaware. Para peneliti di Delaware mengklaim sudah mengembalikan contoh tersebut, namun belum kembali ke tangan NASA. Sesudah insiden ini, NASA melakukan audit pada koleksi luar angkasanya.
Di luar kasus tersebut, ternyata diketahui pula 19 persen dari peminjaman pada kaum peneliti juga berakhir dengan hilangnya sampel karena kelalaian si peminjam. Sebab ada peneliti 'nakal' yang menghancurkan sampel atau meminjamkan batu-batu tersebut.
Contoh yang hilang atau dihancurkan termasuk 22 meteorit dan 2 meteor yang didapat dari misi yang dilakukan dengan susah payah. Bahkan ada dua kasus di mana si peneliti masih memiliki sembilan batu Bulan yang didapatnya sejak 35 tahun lalu dan 10 pecahan meteor sejak 14 tahun lalu.
Meski demikian, ini tidak membuat NASA kapok dalam meminjamkan asetnya kepada pihak lain. Hanya saja kali ini mereka akan memiliki rekomendasi yang lebih spesifik agar sampel yang dipinjamkan mudah dilacak." NASA tidak menganggap harta karun nasional ini dalam kondisi resiko tinggi," kata juru bicara NASA,  Michael

Rusia Kemungkinan Mengulang Proyek Phobos-Grunt

0 comments

Rusia akan kembali mengirim satelit peneliti ke salah satu bulan di planet Mars, Phobos, jika tidak diikutsertakan dalam program ExoMars oleh Agensi Luar Angkasa Eropa (ESA). Dalam program itu, ESA berencana mengirimkan pesawat antariksa, ExoMars Trace Gas Orbiter, di tahun 2016. Dua tahun berselang, ESA juga akan mengirim robot penjelajah.
"Kami tengah melakukan negosiasi dengan ESA mengenai partisipasi Rusia dalam proyek ExoMars. Jika tidak ada kesepakatan yang terjadi, kami akan mengulangnya (misi peluncuran Phobos-Grunt)," demikian ujar Vladimir Popovkin, Kepala Agensi Luar Angkasa Rusia, Roscosmos, Senin (6/2).
Sebelumnya, Rusia sempat mengirim satelit Phobos-Grunt untuk meneliti Phobos di tahun 2011. Proyek ini merupakan usaha penjelajahan planet oleh Rusia yang disebut usaha 'paling ambisius'. Satelit ini diluncurkan pada 9 November dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, dan direncanakan mendarat di Phobos pada Februari 2013.
Namun, misi ini gagal dan membuat Phobos-Grunt terkatung-katung di orbit Bumi. Meski ada upaya perbaikan, Phobos-Grunt tetap gagal mencapai tujuan utamanya. Satelit berbobot 13.200 kilogram ini akhirnya jatuh kembali ke Bumi, tepatnya ke Samudra Pasifik, pada 15 Januari 2012 lalu.

Upaya Memecahkan Rekor Terjun Bebas dari Luar Angkasa

0 comments

Felix Baumgartner, penerjun payung asal Austria, akan mencoba memecahkan rekor dunia dengan terjun dari ketinggian 36,5 kilometer. Untuk bisa melakukannya, Baumgartner akan menggunakan kapsul yang diterbangkan dengan balon khusus dan membantunya terjun bebas dari luar angkasa.
Usaha ini sebelumnya sempat ia coba di tahun 2010, namun terbentur masalah hukum. Setelah tertunda dua tahun, Baumgartner akan mencoba menuntaskan ambisinya pada pertengahan tahun 2012.
Jika usaha ini berhasil, maka Baumgartner akan memecahkan empat rekor dunia. Mulai dari rekor ketinggian, jarak yang ditempuh untuk terjun bebas, dan ketinggian untuk penerbangan menggunakan balon.
Serta yang paling sensasional adalah memecahkan rekor kecepatan tertinggi karena membuatnya mengalahkan kecepatan suara tanpa menggunakan pesawat apa pun dan hanya bermodalkan tubuhnya saja."Ini adalah cita-cita terbesar yang bisa saya impikan," kata Baumgartner seperti dikutip dari Physorg, Kamis (16/2).
"Jika kita bisa membuktikan bahwa Anda bisa mengalahkan kecepatan suara dan tetap hidup, maka ini akan jadi (pengetahuan) menguntungkan untuk eksplorasi luar angkasa,"
Kecepatan suara di udara dengan suhu 20 derajat celcius mencapai 1.236 kilometres per jam. Atau sekitar satu kilometer tiap tiga detik. Untuk mengalahkan kecepatan ini, Baumgartner akan menggunakan alat bantu. Di antaranya baju khusus serupa dengan baju astronot, helm dengan suplai oksigen hingga 20 menit, dan peralatan khusus yang digunakan menangkap data sepanjang penerjunan.

Rotasi Venus Kini Makin Lambat

0 comments

Perputaran planet Venus kini makin lambat. Pada dekade 90-an, para ilmuwan menyebut satu hari Venus -waktu yang diperlukan planet Venus untuk menyelesaikan satu putaran- setara dengan 243,018 hari di Bumi. 
Kini, misi eksplorasi Venus milik Badan Antariksa Eropa (ESA), Venus Express menyebutkan bahwa perputaran Venus melambat dan satu hari di Venus kini 6,5 menit lebih lama. 
Sementara itu para ilmuwan belum mengetahui penyebab perlambatan tersebut. Sue Smrekar, peneliti di Jet Propulsion Lan milik NASA di California semula menduga ada kesalahan data. "Tapi setelah melihat kembali datanya, saya yakin hasilnya benar. Itu berarti sesuatu telah melambatkan perputaran planet tersebut dan kami belum tahu apa itu."
Lamanya hari di Bumi bisa berubah dalam hitungan mili detik tergantung dari angin, pasang-surut dan temperatur. Sue menduga alasan yang sama juga terjadi di Venus. Kemungkinan kerena ketebalan atmosfir Venus dan angin kecepatan tinggi yang menekan perputaran planet. 
Planet yang rotasinya berlawanan dengan arah rotasi kebanyakan planet memiliki atmosfir padat yang lebih dari 90 kali tekanan pada permukaan laut di Bumi.
Perubahan yang terjadi di Venus penting diketahui untuk misi-misi di masa datang. Para ilmuwan menggunakan data tersebut untuk merencanakan misi ke planet dan memilih tempat untuk pendaratan. Putaran baru ini menunjukkan bahwa sejumlah hal di Venus berada 20 kilometer lebih jauh dari perhitungan semula.

Ilmuwan Replikasi Suara di Mars dan Venus

0 comments

mars
Para astronot yang pernah menjelajahi luar angkasa biasanya hanya fokus dengan data yang diambil dengan kamera, radar, dan hanya beberapa yang membawa mikropon. Akan tetapi belum ada yang berhasil mendengar suara-suara di dunia lain tersebut.
Tim ilmuwan dari Southampton University mencoba mereplikasi suara-suara alami di planet luar mulai dari suara petir di Venus, hembusan angin di Mars dan gunung es di Titan, bulan terbesar milik Saturnus.
Mereka juga membuat model dari efek-efek atmosfir yang berbeda-beda, tekanan dan suhu pada suara manusia di Mars, Venus dan Titan.
Profesor Tim Leighton dari Institute for Sound and Vibration Research, Southampton University mengungkapkan keyakinannya pada perhitungan yang mereka lakukan.
"Kami menerapkan perhitungan fisika dengan sangat ketat terhadap atmosfir, tekanan dan dinamika cairan. Di Venus nada suara kita terdengar lebih dalam. Itu karena kepadatan atmosfir di planet tersebut menyebabkan pita suara kita bergetar lebih lambat," kata Leighton.
"Akan tetapi kecepatan suara di atmosfir di Venus jauh lebih cepat dibanding di Bumi, sehingga mempengaruhi otak dalam menginterpretasikan ukuran asal suara (kira-kira seperti cara pikir nenek moyang kita yang menebak ukuran binatang dari suaranya, apakah cukup kecil sehingga aman untuk dimakan atau terlalu besar dan berbahaya)."
Menurut Leighton, saat kita mendengar suara di Venus kita akan mengira bahwa asal suara berukuran kecil, tapi dengan suara bas yang dalam. "Di Venus, suara manusia terdengar seperti bas Smurfs," ujarnya.
Profesor Leighton yang dalam sepuluh tahun belakangan sudah berkutat dengan suara-suara luar angkasa dan pernah membuat tiruan suara air terjun metana di luar angkasa, mengungkap bahwa dirinya sangat tertarik dengan suara-suara di luar angkasa.
"Jika astronot tinggal di Mars selama beberapa bulan, lalu mereka memutar instrumen musik, atau bahkan menciptakannya di sana, kira-kira seperti apa ya suaranya?"
"Sebagai ilmuwan, saya memperhitungkan hal paling menarik untuk dikerjakan  adalah sesuatu yang sama sekali baru, sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya," papar Leighton. 
Suara-suara luar angkasa tersebut akan disertakan di pertunjukan Flight Through The Universe pada perayaan Paskah di Astrium Planetarium di INTECH dekat Winchester, Hampshire, Inggris.

HIP 11952, Planetnya Para Alien

0 comments

planet,tata surya
Para astronom berhasil menemukan sistem planet yang telah lahir sekitar 13 juta tahun yang lalu. Dalam sistem planet tersebut terdapat bintang yang dinamakan HIP 11952 dan  dua planet besar seukuran Jupiter yang diasumsikan merupakan planet para alien. Jaraknya dari bumi sekitar 375 juta tahun cahaya dan arahnya di garis lintas Cetus.
Menurut MSN.com,bila diambil dari rentetan usia teori Bing Bang atau teori penciptaan alam semesta dari ledakan besar, usia dari planet dan bintang tersebut sekitar 12.8 juta tahun dan 900 juta tahun lebih muda dari usia alam semesta. Johny Setiawan, peneliti asal Indonesia dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, mengatakan, planet dan bintang tersebut adalah salah satu penemuan bersejarah yang terbaru untuk saat ini.
Setiawan juga menamakan planet alien tersebut dengan nama HIP 11952b dan HIP 11952c. Menurutnya, planet-planet tersebut telah mulai beranjak dewasa ketika tata surya kita baru saja terbentuk. Dalam HIP 11952, hanya terdapat beberapa unsur hidrogen dan helium. Para astronom menyebutnya 'bintang miskin' karena tidak ditemukan apapun selain hidrogen dan helium. Namun, para astronom masih belum bisa menentukan bentuk dari bintang tersebut.
Pada tahun 2010 lalu, para astronom juga pernah menemukan hal sejenis. Mereka telah berhasil mengeksplorasi eksoplanet dari galaksi lain yang diberi kode nama HIP 13044. Eksoplanet ini merupakan bintang yang 'lari' dari hisapan galaksi bima sakti jutaan tahun lalu. Peneliti juga mengemukakan bahwa HIP 13044 dan HIP 11952 memiliki kemiripan dari segi unsur yang terkandung di dalamnya.
Karena banyak yang mengatakan bahwa HIP 11952 adalah planetnya para alien, maka banyak peneliti yang mencoba menggali dan mengeksplorasi lebih dalam mengenai HIP 11952 tersebut. Apabila memang terbukti HIP 11952 adalah ekosistem para alien, maka teori alam semesta bukan hanya diciptakan untuk manusia saja akan terbukti.

Aliran Lahar di Mars Bentuk Ilusi Gajah

0 comments

mars,lahar,gajah,planet
Foto Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA beberapa hari yang lalu menangkap pemandangan unik di permukaan Mars, persisnya di area Elysium Planitia yang merupakan kawasan termuda di planet tersebut yang sering mengalami banjir lahar.
Gambar penampakan itu terekam dengan alat High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE), yang terpasang pada Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA.
"Ini contoh klasik untuk fenomena psikologis pareidolia, yaitu ketika kita melihat seumpama ada hal-hal (seperti binatang) yang tidak benar-benar ada," ujar ahli geologi planet asal University of Arizona, Alfred McEwen. Ia mencontohkan, misalnya untuk faktor yang sama orang acapkali melihat awan berbentuk binatang.
Para ilmuwan tidak dapat memastikan, apakah aliran lahar di Mars itu diendapkan secara cepat atau dalam waktu yang relatif lama sebagaimana halnya di Bumi. Di Bumi, banjir lahar dapat diendapkan di tempat yang sama selama tahunan hingga puluhan tahun.
"Ini menjadi bukti bahwa mungkin benar banyak pula aliran banjir lahar di Mars," papar McEwen.
Mars Reconnaissance Orbiter telah mengelilingi Planet Merah sejak 2006, setelah diluncurkan tahun 2005. Saat ini Mars Reconnaissance Orbiter sedang dalam fase perpanjangan misi.
Pihak ofisial NASA menyatakan, Mars Reconnaissance Orbiter telah mengirimkan lebih banyak data ke Bumi dari semua misi antarplanet lainnya yang digabungkan.

Superwind, Penyebab Matinya Bintang

0 comments

planet,tata surya
Astronom di The University of Manchester telah menemukan teori dari superwind yang menyebabkan bintang mati. Dengan menggunakan Very Large Telescope (VLT) di Chile, penelitian yang dipimpin oleh Barnaby Norris dari University of Sydney dapat melihat ke dalam atmosfer bintang yang tengah sekarat.
Bintang seperti Matahari mengakhiri hidup mereka dengan superwind yang berkekuatan 100 juta kali dibandingkan dengan angin Matahari. Angin ini terjadi selama 10.000 tahun dan memusnahkan setengah dari total massa sebuah bintang. Setelah 10.000 tahun, superwind akan meninggalkan bintang yang sekarat tersebut.
Penyebab terjadinya superwind ini masihlah misteri, namun peneliti sekarang menyebutkan bahwa peristiwa ini tercipta karena debu yang terbentuk di atmosfer bintang. Cahaya bintang mendorong debu untuk menjauh dan akhirnya keluar dari atmosfer. Akan tetapi, teori ini dipentalkan oleh mekanisme yang bertolak belakang.
Mekanisme sebelumnya menyebutkan bahwa debu tidak akan keluar dari bintang, namun menguap di atmosfer VLT telah menunjukkan hasil yang berbeda. Ternyata, debu yang ada di bintang memiliki karakter seperti cermin yang merefleksikan cahaya, bukan menyerapnya. Hal inilah yang membuat debu-debu tersebut terdorong keluar bintang dan menyebabkan superwind.
Terbuangnya debu ke luar atmosfer memberikan efek seperti badai pasir. Profesor Albert Zijlstra dari University of Manchester mengatakan bahwa inilah pertama kalinya kami mengerti bagaimana superwind terbentuk. "Debu dan pasir dari superwind akan selamat dan membentuk bintang yang baru," jelasnya.

Galaksi Terjauh Ditemukan

0 comments

galaksi
Astronom dari Jepang mengklaim telah menemukan galaksi terjauh dari Bumi dengan jarak 12,72 miliar tahun cahaya. Menggunakan teleskop yang terletak di Hawaii, peneliti mengintip kembali dari titik awal terjadinya Big Bang miliaran tahun lalu.
“Hal ini menunjukkan bahwa galaksi telah ada pada tahap awal alam semesta, yaitu sejak 1 hingga 13,7 miliar tahun yang lalu,” ungkap tim Astronom.
Sebelumnya, peneliti dari NASA telah mengumumkan penemuan galaksi yang jaraknya 13,1 miliar tahun cahaya. Akan tetapi, menurut peneliti dari Jepang, hal ini belum dikonfirmasi kebenarannya.
Dengan menggunakan Teleskop Subaru yang terletak di Hawaii, peneliti dari Graduate University of Advanced Studies dan National Astronomical Observatory menemukan cluster galaksi yang diharapkan mampu menjadi petunjuk.
“Kami mengharapkan penemuan ini dapat memberikan petunjuk tentang struktur alam semesta dan bagaimana galaksi berkembang,” jelas peneliti.
Jika penemuan oleh astronom ini benar adanya, maka ini akan menggeser galaksi XMMXCS J2215.9-1738 yang selama ini masih menjadi galaksi yang terjauh dari Bumi.

Objek Misterius 'Lubangi' Cincin Luar Saturnus

0 comments

titan,saturnus
Hasil terakhir dari wahana antariksa Cassini milik NASA menangkap suatu objek misterius di cincin bagian terluar Planet Saturnus. Objek yang berukuran hampir satu kilometer itu terlihat bergerak masuk ke dalam, seakan-akan melubangi cincin Saturnus. Meninggalkan ekor yang bercahaya di belakangnya.
Carl Murray dari Queen Mary University of London-Inggris, salah seorang tim pengamat citra Cassini menjelaskan, objek misterius itu sebenarnya bola es ditangkap di cincin F Planet Saturnus. Cincin F merupakan bagian terluar dari cincin Saturnus yang berjarak 3000 km dari cincin A. Cincin F ini memiliki keliling sekitar 900.000 km.
Menurut para ilmuwan perbintangan, terbentuknya bola salju tak lepas dari peranan Prometheus, bulan Saturnus yang selebar 40 km. Gravitasi Prometheus mengakibatkan pembentukan gumpalan es. Diasumsikan pula pasang surut pengaruh gravitasi telah membuat gumpalan es bisa pecah.
Diketahui bahwa objek sangat besar seperti Prometheus, selain mampu memproduksi pola reguler, juga mampu memproduksi konsentrasi material di cincin Saturnus. Tapi mereka hanya tahu sampai sebatas pembentukan bola salju ini, tidak apa yang terjadi setelahnya kemudian. Meski demikian, ada indikasi bahwa beberapa bola dapat bertahan, berkembang, lalu menyimpang dari orbit mereka sendiri, dan menabrak cincin F Saturnus.
Murray juga menerangkan, bola raksasa ini menumbuk cincin F dengan kecepatan amat rendah, yaitu sekitar 2 meter/detik. Sementara itu, bola raksasa juga menghasilkan ekor bercahaya disebut jet yang panjangnya mencapai 40-180 kilometer.
Penemuan ini agak bersifat kebetulan karena pada awalnya Murray sedang mengamati Prometheus ketika melihat ekor bercahaya yang tak mungkin berasal dari Prometheus itu sendiri. Saat membuka kembali arsip 20.000 citra, peneliti menemukan 500 citra serupa.
Studi cincin Saturnus dapat dipakai sebagai model untuk mempelajari pembentukan tata surya 4,5 miliar tahun lalu. Murray berkata, "Kami tak sabar menunggu apa lagi yang akan ditunjukkan Cassini di cincin Saturnus." Cassini mulai memasuki orbit Saturnus pada tahun 2004. Direncanakan operasi misi Cassini berakhir di tahun 2017.

Ada satu planet lain dalam sistem tata surya?

0 comments

antariksa,planet, tata surya
Sistem tata surya kita diduga memiliki satu planet gas lagi. Hal ini diungkapkan oleh David Nesvorny dari Colorado Southwest Research Institute.

Teleskop yang Mampu Deteksi Kehidupan di Luar Angkasa

0 comments


European Extremely Large Telescope (EELT) yang rencananya dibuat pada akhir tahun ini, akan mencari tanda-tanda kehidupan selain Bumi di luar angkasa. EELT dapat melihat planet, galaksi yang sebelumnya tak terlihat. EELT dapat mempelajari atmosfer dari tiap planet yang ditemukan dan mengidentifikasinya.

Badai Monster di Utara Saturnus

0 comments

saturnus,dragon storm
Pada pertengahan September 2004, pesawat luar angkasa NASA, Cassini, mencatat badai di daerah belahan bumi utara ketika mengorbit Planet Saturnus. Badai itu tak terlalu besar, dan disebut "Dragon Storm".

Awan Pada Proses Pembentukan Planet

0 comments



Untuk pertama kalinya, astronom menemukan awan yang terbentuk dari uap air di sekitar tata surya yang berkembang. Diperkirakan air itu cukup dingin untuk membentuk komet yang kemudian akan menghantarkan air ke planet tersebut.

Bangkai Satelit ROSAT Jatuh di Asia

0 comments

 
Satelit riset yang sudah tak terpakai milik Jerman, Roentgen Satellite (ROSAT) pada Minggu (23/10) lalu dipastikan jatuh di Teluk Bengali, tepatnya pukul 01.50 GMT. Agensi ruang angkasa Jerman (DLR) memastikan hal tersebut.

NASA Memecah Misteri Supernova Berusia 2.000 Tahun

0 comments


Teleskop NASA Spitzer dan Wide-field Infrared Survey Explorer atau Wise berhasil memecah misteri supernova berusia 2.000 tahun. Supernova ini bernama RCW 86 dan berlokasi 8.000 tahun cahaya dari bumi.

Memprediksi Kapan Saatnya Bintang Mati

0 comments

antariksa,bintang
Pengamatan selama tiga tahun terhadap sebuah galaksi bernama Whirlpool berujung pada penemuan mengejutkan. Bahwa sebuah bintang bisa diprediksi kapan akan menemui 'ajalnya'.
Hal ini ditemukan oleh sekelompok ilmuwan setelah mengobservasi salah satu bintang yang mengeluarkan cahaya berkelap-kelip sebelum akhirnya mengeluarkan ledakan super (supernova).

NASA Temukan Jejak Mineral di Mars

0 comments

mars,mineral,kelembaban
Ekspedisi Mars NASA lewat robot Mars Exploration Rover Opportunity menunjukkan bukti adanya deposit mineral. Penemuan baru ini dipresentasikan di konferensi American Geophysical Union, di San Fransisco.

Bertambah Lagi, Planet yang Dapat Dihuni Manusia

0 comments



Kepler-22b, suatu planet baru yang ditemukan berdasarkan pengamatan dari observatorium antariksa NASA. Planet yang mengorbit dalam jarak 600 tahun cahaya ini disimpulkan bisa dihuni manusia.
Planer ini dianggap memiliki beberapa kemiripan dengan planet Bumi. Ini dijelaskan NASA pada konferensi pers, Senin (5/12) kemarin.

Peneliti: Bumi Punya Dua Bulan

0 comments

bumi,bulan,antariksa
Bumi ternyata memiliki lebih dari satu satelit. Jika selama ini satu-satunya satelit Bumi yang dikenal hanyalah Bulan, peneliti dari Cornell University menyebut jika ada satu satelit lagi yang disebut 2006 RH120.

Ditemukan, 11 Sistem Tata Surya Baru

0 comments

planet,tata surya

Teleskop pemburu planet milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Kepler, berhasil menemukan 11 sistem tata surya baru yang menjadi 'rumah' bagi 26 planet. Salah satu dari tata surya ini memiliki lima planet yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya, lebih dekat dibanding jarak planet Merkurius dengan Matahari di tata surya kita.

4 Miliar Tahun Lalu, Mars Merupakan Planet Air

0 comments

 
Sejumlah bukti penelitian menunjukkan kalau dahulu, tepatnya 4 miliar tahun lalu, Planet Mars merupakan planet air.
Bukti seperti kandungan mineral dalam tanah liat yang menandakan lingkungan yang basah atau lembab, telah didapati pada ribuan lokasi di dataran tinggi Mars bagian selatan, sejak bertahun-tahun lalu.

Badai Matahari Dahsyat Melanda Bumi

0 comments


Bumi kita dilanda badai Matahari terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Satelit NASA untuk memonitor matahari, SOHO dan STEREO, telah mendeteksi awal terpaan badai tersebut pada malam hari, Minggu (22/1) lalu.

Ada Miniatur Tata Surya

0 comments

tata surya, planet luar
Pada 11 Januari 2012, para astronom mengumumkan temuan akan sebuah miniatur tata surya atau sistem planet yang terdiri atas tiga planet.

Meneliti Hujan di Bulan Milik Saturnus

0 comments

 titan,saturnus
Titan, bulan milik Planet Saturnus, diperkirakan mendapat curah hujan. Wilayah yang terindikasi mendapat guyuran hujan diperkirakan di sekitar kutub, setiap 10-100 jam dalam hitungan tahun Titan atau setara dengan 30 tahun waktu di Bumi.
Hujan di Titan mungkin terdengar aneh. Namun, para peneliti sudah melakukan pengamatan siklus zat cair di Titan yang memiliki danau, sungai, dan awan. Kesimpulannya, pasti ada hujan yang membuat siklus ini berjalan.
Tapi dengan suhu mencapai -179 derajat Celcius, zat cair di Titan bukan berupa air, melainkan metana. Dengan demikian, Titan memiliki sungai metana, danau metana, dan hujan metana.
Sama seperti wilayah di Bumi, tidak semua wilayah Titan mendapat curah hujan. Menurut data yang dikumpulkan misi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Cassini, terdapat dua wilayah yang tiba-tiba menggelap dan mengindikasikan turun hujan. Sedangkan wilayah lainnya malah tidak diguyur hujan selama 1.000 tahun terakhir.
Salah satu peneliti dari John Hopkins Applied Physics Laboratory (JHUALP), Dr Ralph Lorenz, meminta agar ada misi baru untuk meneliti wilayah itu lebih lanjut. Sebagai perwujudannya, Dr Lorenz dan timnya sudah menyiapkan misi yang siap ditawarkan pada NASA, Titan Mare Explorer (TiME).
Jika misi ini terpilih, TiME bisa masuk ke atmosfer tipis Titan dan mendarat di salah satu danaunya, Ligeia Mara. Misi ini diperkirakan bisa mendeteksi hujan badai dalam lingkup 1.200 kilometer persegi. "Kami memperkirakan ada peluang 50 persen (alat) pendarat akan diguyur hujan dalam misi selama 2.500 jam," kata Dr Lorenz.

Ahli Astrofisika Indonesia Temukan Planet Tertua

0 comments

planet,tata surya

Bintang induknya bernama HIP 11952. Sistem HIP 11952 merupakan sistem tata surya yang diketahui oleh para astronom sebagai tata surya generasi pertama. HIP 11952 juga menyandang julukan "Sannatana", kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti abadi atau purba.

Planet Jenis Baru Punya Air Melimpah

0 comments



Tahun 2009, astronom menemukan planet GJ 1214b. Planet itu berjarak 40 tahun cahaya (1 tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer) dari Bumi serta memiliki diameter 2,7 kali Bumi dan massa 7 kali Bumi
Saat penemuan, ilmuwan mencatat bahwa GJ1214b adalah eksoplanet atau planet di luar tata surya kita pertama yang punya atmosfer. Lewat penelitian lanjut pada tahun 2010, astronom akhirnya juga mengetahui bahwa GJ1214b punya air.
Kini, misteri dunia baru ini semakin terkuak. Dengan menggunakan Wide Field Camera 3 Teleskop Antariksa Hubble, astronom menemukan bahwa GJ1214b ialah planet jenis baru.
"GJ1214b tidak seperti planet yang kita tahu. Sejumlah besar fraksi yang menyusunnya terdiri dari air," kata Zachary Berta dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip situs Discovery, Selasa (21/2/2012).
GJ 1214b memiliki atmosfer yang kaya uap air. Hal ini diketahui berdasarkan analisis data teleskop Hubble, di mana spektrum GJ 1214b tampak dalam spektrum warna yang lebih luas.
Meskipun GJ 1214b kaya akan air, karakter eksoplanet ini berbeda dengan Bumi. Analisis massa jenis membuktikan, GJ 1214b punya air yang lebih banyak dan batuan yang lebih sedikit dari Bumi.
Massa jenis air adalah 1 g/cm3 dan massa jenis Bumi adalah 5,5 g/cm3. Dengan massa jenis 2 g/cm3, maka pasti GJ 1214b mayoritas tersusun oleh air. Diketahui, GJ 1214b mengorbit bintangnya setiap 38 jam pada jarak 2 juta kilometer. Astronom memprediksi, suhu planet ini adalah 239 derajat celsius.
"Temperatur dan tekanan yang tinggi akan membentuk material eksostis seperti 'es panas' atau 'air super cair', substansi yang tak dikenal dalam dunia kita," jelas Berta.

Berta berpendapat bahwa pada awalnya GJ 1214b terbentuk di wilayah jauh dari bintang induknya, di mana air dalam bentuk es begitu melimpah. GJ 1214b kemudian bermigrasi mendekati bintangnya sampai melewati zona layak huni di tata surya tersebut. Sampai saat ini, belum diketahui berapa lama proses tersebut berlangsung.

Komet Angsa Bakal Menabrak Matahari

0 comments



Setelah komet Lovejoy berhasil lolos dari maut dalam jalur menuju Matahari tahun lalu, kini ada komet baru yang sedang berjalan di jalur menabrak Matahari.

Komet Angsa atau Swan, demikian nama komet tersebut, berdasarkan pengamatan wahana Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) milik NASA, mendekati Matahari antara 13-15 Maret 2012 waktu Indonesia.

Swan baru saja ditemukan dengan wahana yang sama pada 8 Maret 2012. Nama Swan diambil dari instrumen dalam wahana SOHO, Solar Wind Anisotropies.

Swan, seperti halnya Lovejoy, tergolong komet Kreutz Sungrazer. Orbit komet ini memang membawanya menuju Matahari dan dipercaya berasal dari komet raksasa yang pecah beberapa abad lalu. Nama Kreutz sendiri diambil dari astronom Jerman, Heinrich Kreutz.

Lain dengan Lovejoy yang bernasib baik sehingga selamat setelah menabrak Matahari, Swan diperkirakan akan mati begitu mendekati Matahari.

"Pendapat resmi saya, selamatnya komet ini takkan terjadi," ungkap Karl Battams, peneliti Matahari di US Naval Research Center di Washington, seperti dikutip Space, Rabu (14/3/2012).

Saat menuju Matahari, komet ini takkan terlihat secerlang Lovejoy. Meski demikian, komet ini tetap menarik.

"Saya kira ini akan menjadi komet grup Jreutz kedua yang paling terang sejak tahun 1970-an," kata Battams.

Galaksi Mengubah "Sampah" Menjadi Bintang

0 comments



Upaya mengubah sampah menjadi barang yang berguna tak cuma dilakukan manusia, tetapi juga galaksi-galaksi di semesta, termasuk Bimasakti.

Demikian kesimpulan Kate Rubin dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman setelah mengamati 100 galaksi pada jarak 5-8 miliar tahun cahaya dengan Teleskop Keck I di Hawaii.

Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa ada 6 galaksi yang menarik kembali gas di ruang angkasa. Material gas yang ditarik semula berasal dari ledakan supernova maupun radiasi bintang.

"Sampah" galaksi yang ditarik kembali tersebut akan diubah menjadi bintang yang sama sekali baru.

Rubin memperkirakan, Bimasakti mengubah material setara dengan massa Matahari untuk menciptakan bintang baru tiap tahun.

Namun, Bimasakti tak punya bahan baku cukup untuk melakukannya selama miliaran tahun sehingga melakukan daur ulang.

Menurut Rubin, jumlah galaksi yang melakukannya sebenarnya lebih banyak. Hanya saja, kesulitan observasi membuat astronom juga sulit memastikannya.

Ia mengatakan, temuan ini bisa menjadi dukungan pada teori daur ulang galaksi.

"Ini kepingan puzzle dan bukti penting bahwa daur ulang kosmos bisa memecahkan misteri bahan baku yang hilang," kata Rubin seperti dikutip Space, Rabu (14/3/2012).

Molekul Kehidupan Bisa Terbentuk Sebelum Planet

0 comments


Astronom berpandangan bahwa planet terbentuk ketika debu yang ada di piringan protoplanet (terdiri atas gas dan debu) membentuk bongkahan batu dan secara bertahap membangun bola lebih besar hingga menjadi planet.

Bumi dan planet lain di Tata Surya terbentuk dengan proses yang sama. Diperkirakan, waktu terbentuknya Bumi dan planet lain ialah 4,5 miliar tahun yang lalu.

Sebelumnya, astronom berpikir bahwa molekul kehidupan terbentuk setelah ada planet. Namun, pemodelan terbaru menunjukkan bahwa molekul kehidupan bisa saja terbentuk sebelum ada planet.

Geologi Fred Ciesla dari University of Chicago dan Scott Sandford dari Ames Research Center NASA di California adalah ilmuwan yang melakukan pemodelan komputer tersebut.

Berdasarkan pemodelan, keduanya mengatakan bahwa debu di piringan protoplanet bisa terpapar oleh sinar ultraviolet sehingga membentuk senyawa organik.

Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat pada makhluk hidup. Senyawa ini meliputi asam amino, protein, karbohidrat, basa nukleus dan juga asam nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA).

Sebelumnya, Sandford mnelakukan eksperimen dengan melakukan pemaparan UV ke butir debu yang tertutupi es. Ia menemukan, UV bisa memutus ikatan pada material dan memungkinkan pembentukan molekul kompleks.

Permasalahan saat itu, Sandford tak yakin mekanisme yang sama bisa bekerja pada debu di piringan protoplanet sehingga memungkinkan pembentukan molekul organik.

Pemodelan yang dilakukan membuktikan bahwa mekanisme itu bisa terjadi. Piringan protoplanet cukup dinamis sehingga debu bisa terbawa ke tepian piringan dan terpapar UV dari bintang.

"Hasil ini mengagumkan karena begitu natural. Kami tak harus membuat kondisi spesial dalam pemodelan kami. Kami menemukan semua yang kami harapkan bekerja dengan sempurna," ungkap Ciesla seperti dikutip Space, Kamis (29/3/2012).

Menurut Ciesla, dinamika dan proses itu tak cuma terjadi di Tata Surya, tetapi juga sistem keplanetan yang lain secara umum.

Meski demikian, hasil pemodelan belum mampu menjawab bagaimana senyawa organbik bisa sampai ke Bumi. Pandangan terbaru mengatakan bahwa senyawa organik dibawa oleh asteroid.

"Galaksi UFO" di Rasi Lynx

0 comments



Teleskop antariksa Hubble berhasil menangkap citra galaksi spiral NGC 2683. Bentuk galaksi tersebut menyerupai pesawat alien yang kerap digambarkan dalam film fiksi ilmiah sehingga astronom di Astronaut Memorial Planetarium and Observatory menjulukinya "Galaksi UFO".

Citra yang ditangkap Hubble menunjukkan rupa galaksi jika dilihat dari samping. Sudut pandang ini memberi kesempatan bagi astronom untuk melihat detail debu di tepian dan siluet warna keemasan di tengah galaksi.

Citra ini dirilis NASA, Jumat (30/3/2012) lalu. Dalam citra galaksi ini, astronom juga bisa melihat bahwa NGC 2683 ini kaya akan bintang muda dan panas yang ditunjukkan dengan warna biru.

NGC 2683 ditemukan pada 5 Februari 1788 oleh astronom ternama, William Herschel. Galaksi ini mendiami rasi Lynx, rasi yang terlihat begitu redup sehingga membutuhkan mata sensitif untuk mengobservasi benda langit yang ada di areanya.

Instrumen Advanced Camera for Surveys yang ada pada teleskop antariksa Hubble menangkap citra galaksi ini dalam gelombang sinar tampak dan inframerah.

Astronom Temukan Supernova Baru

0 comments



Supernova baru ditemukan di galaksi Meisser 95 (M95), jenis galaksi apiral yang terletak di konstelasi Leo.

Astronom yang bekerja di observatorium Crni Vrh, Slovenia, J Skvarc, adalah yang pertama mendeteksi supernova tersebut pada Sabtu (18/3/2012) lalu.

Awalnya, Skvarc melihat supernova tersebut sebagai bintik cahaya. Setelah membandingkan dengan tujuh arsip citra M95, Skvarc yakin bahwa bintik itu adalah supernova.

Skvarc melaporkan temuannya ke Central Bureau of Astronomical Telegram (CBAT). Selasa (21/3/2012) lalu, International Astronomy Union meresmikan temuan Skvarc sebagai supernova, dinamai SN 2012aw.

SN 2012aw unik karena jaraknya. Dengan jarak ke galaksi M95 yang hanya 37 juta tahun cahaya dari Bumi, supernova ini merupakan yang terdekat yang pernah diobservasi.

Supernova adalah ledakan bintang yang memancarkan energi. Peristiwa supernova menandai akhir kehidupan suatu bintang.

Kebanyakan supernova, karena terjadi di tempat sangat jauh, baru bisa dilihat saat terang maksimum. Namun, karena terjadi di jarak relatif dekat, SN 2012aw bisa memberi gambaran bagaimana supernova terjadi.

Ulisse Munari dari National Institute of Astrophysics di Italia, seperti dikutip National Geographic, Jumat (23/3/2012), mengatakan, "Astronom bisa menggunakan ini untuk menginvestigasi bagaimana awal ledakan terjadi di dalam struktur bintang."

Ditemukan, Dua 'Black Hole' Terbesar Sepanjang Sejarah

0 comments

 

Sekelompok ahli astronomi dari beberapa Universitas di Amerika Serikat berhasil menemukan lubang hitam (black hole) terbesar sepanjang sejarah. Bukan hanya satu, tapi dua black hole. Masing-masing memiliki massa raksasa yang setara dengan 10 miliar matahari.

Sebelumnya, black hole terbesar yang pernah ditemukan dan bertahan hingga tiga dekade 'cuma' memiliki massa enam miliar matahari. Dua raksasa ini berjarak cukup jauh dari bumi. Yakni terletak di antara dua galaksi yang jaraknya 300 juta tahun cahaya.

Jarak jauh ini menguntungkan bagi kita warga bumi karena jika kita berada di dekatnya maka kita akan terhisap. Dari penemuan para ahli itu, dua black hole ini bisa menelan apa pun hingga yang lima kali lebih besar dari sistem tata surya kita. Black hole sendiri merupakan area di luar angkasa yang memiliki massa sedemikian besar sehingga tidak ada objek yang selamat dari gaya gravitasinya.

Dikatakan oleh James Graham, Direktur Universitas Toronto dari Institut Astronomi dan Astrofisika, jika penemuan ini lebih dari sekedar rekor baru di Guinness World Records. "Tapi (penemuan) ini juga menempatkan cerita yang lebih besar, bukan hanya soal galaksi kita tapi galaksi di seluruh jagad raya dan di seluruh waktu kosmik," demikian ujar Graham yang juga salah satu pendiri tim di balik penemuan ini, Senin (5/12).

Penemuan ini awalnya dipelopori para peneliti dari University of California. Tujuan awalnya hanya ingin mengumpulkan sejarah formasi galaksi dengan melihat hubungan antara galaksi dengan black hole.

Para ahli astronomi ini mengukur kekuatan gravitasi tiap black hole menggunakan teleksop. Makin kuat gravitasinya, makin besar black hole tersebut. "Ini sangat luar biasa. Mereka (2 black hole) bahkan lebih besar dari yang kami harapkan," kata Graham lagi. (Sumber: Toronto News)

Temuan Baru Menantang Teori Pembentukan Bulan

0 comments

Astronom telah lama mempercayai bahwa Bulan terbentuk ketika benda angkasa sebesar Mars menghantam Bumi 4,5 miliar tahun yang lalu.

"Menurut model yang berlaku tersebut, kira-kira setengah material yang membentuk Bulan berasal dari benda sebesar Mars yang menumbuk," kata Junjun Zhang, pakar geokimia isotop dari University of Chicago.

Namun, berdasarkan temuan terbaru Zhang yang dilakukan dengan menganalisis isotop titanium, material pembentuk Bulan, hanya didominasi oleh material yang ada di Bumi.

"Bulan memiliki komposisi titanium yang identik dengan Bumi," kata Zhang seperti dikutip New York Times, Senin (2/4/2012).

Untuk mendapatkan hasil tersebut, Zhang dan rekannya menganalisis sampel batuan Bulan yang diambil dalam misi Apollo pada tahun 1960-an dan 1970-an. Peneliti membandingkan sampel rasio isotop titanium di batuan Bulan dan Bumi.

Studi juga menemukan bahwa meteorit memiliki rentang isotop titanium yang lebih luas.

"Hal itu menunjukkan pada kita bahwa benda angkasa yang menghantam Bumi sepertinya tidak memiliki komposisi yang sama dengan Bumi," ungkap Zhang.

"Dengan demikian, model tumbukan besar yang berlaku sekarang mungkin perlu dikaji ulang," tambah Zhang.

Studi Zhang yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 25 Maret 2012 lalu memang belum bisa menguraikan sejarah pembentukan Bulan dengan pasti. Walau demikian, kata Zhang, studi menunjukkan bahwa homogenitas isotop titanium berperan penting dalam evolusi Bulan dan Bumi.

Hipotesis Baru Pembentukan Bumi

0 comments

 

Ian Campbell dan Hugh O'Neill dari Australia National University (ANU) mengemukakan bahwa Bumi terbentuk dari mekanisme yang berbeda dari yang dipercaya saat ini.

Hasil penelitian mereka menantang teori bahwa Bumi terbentuk dari material yang sama dengan Matahari. Dengan demikian, Bumi punya komposisi chondrit.

Chondrit adalah meteorit yang terbentuk di nebula yang mengelilingi Matahari 4,6 miliar tahun lalu. Meteorit ini berharga karena punya hubungan langsung dengan material awal Tata Surya.

"Selama puluhan tahun, diasumsikan bahwa Bumi memiliki komposisi yang sama dengan Matahari, selama elemen paling volatil seperti hidrogen dikecualikan," ungkap O'Neill.

Teori itu didasarkan pada pandangan bahwa semua benda di Tata Surya memiliki komposisi yang sama. Karena Matahari menyusun 99 Tata Surya, maka penyusun benda di Tata Surya pada dasarnya material Matahari.

Menurut Campbell dan O'Neill, Bumi terbentuk dari tumbukan benda serupa planet yang berukuran lebih besar. Benda angkasa tersebut sudah cukup masif dan memiliki lapisan luar.

Pandangan tersebut didukung oleh hasil penelitian Campbell selama 20 tahun di kolom batuan panas yang muncul dari lapisan dalam Bumi, disebut pluma mantel.

Berdasarkan penelitiannya, Campbell tak menemukan unsur seperti Uranium dan Thorium yang diduga memberi petunjuk bahwa Bumi tercipta dari material chondrit.

"Pluma mantel tidak melepaskan panas yang cukup yang mendukung adanya reservoir ini. Konsekuensinya, Bumi tidak memiliki komposisi yang sama dengan chondrit atau Matahari," ungkap Campbell.

Lapisan luar Bumi purba, kata Campbell seperti dikutip Universe Today, Jumat (30/3/2012), memiliki unsur yang menghasilkan panas yang berasal dari tumbukan dengan planet lain.

"Ini menghasilkan Bumi yang memiliki lebih sedikit unsur yang menghasilkan panas dibandingkan meteorit chondrit, yang menerangkan mengapa Bumi tak memiliki komposisi yang sama," jelas O'Neill.

Hasil penelitian Campbell dan O'Neill dipublikasikan di jurnal Nature, Kamis (29/3/2012).

NASA Rencanakan Satelit Pemanen Tenaga Surya

0 comments

detail berita


Teknologi tenaga surya terus mengalami kemajuan, mulai dari panel surya sederhana sampai panel yang lebih efisien. Tetapi para ilmuwan NASA percaya langkah memaksimalkan energi berbasis matahari berikutnya akan tercapai melalui satelit permanen tenaga surya.

Idenya adalah menggunakan satelit dengan susunan cermin untuk mengumpulkan energi Matahari. Energi yang terkumpul akan dikirim kembali ke bumi dalam bentuk pancaran microwave. Demikian diwartakan PC World, Jumat (13/4/2012).

NASA berpendapat cara itu cukup realistis sehingga mereka mendanai kelompok Artemis Innovation Management Solutions untuk mengembangkan Solar Power Satellite via Arbirtrarily Large Phased Array (SPS-ALPHA).

Satelit ini akan berbentuk tulip dan dilengkapi film tipis cermin untuk memantulkan sinar matahari ke dalam sel photovoltaic. Energi matahari yang terkumpul akan diubah menjadi gelombang mikro, kemudian dikirim kembali ke stasiun penerima di Bumi dengan frekuensi dan intensitas rendah.

Pembangkit tenaga listrik di Bumi akan mengubah energi microwave menjadi listrik dan menambahkannya ke jaringan listrik. NASA mengatakan bahwa setiap susunan kaca bisa saja menghasilkan puluhan hingga ribuan megawatt energi.

Kawah Tumbukan Petunjuk Kehidupan di Mars

0 comments




Peluang menemukan kehidupan di Mars bisa ditingkatkan dengan meneliti kawah hasil tumbukan asteroid yang ada di Bumi.

Ilmuwan dari University of Edinburgh mengatakan bahwa organisme ditemukan di sebuah kawasan di Amerika Serikat, di mana asteroid menghantam permukaannya 35 juta tahun yang lalu. Mereka percaya bahwa kawah tumbukan memberikan habitat baik bagi mikroorganisme untuk tumbuh.

Penemuan tersebut menunjukkan bahwa kawah tumbukan di planet lain juga bisa menyembunyikan kehidupan. Untuk menemukan mikroba tersebut, ilmuwan melakukan pengeboran hingga 2 km di bawah permukaan salah satu kawah tumbukan asteroid terbesar di Bumi, di Chesapeake, AS.

Sampel dari studi menunjukkan bahwa mikroorganisme secara tak terduga menyebar ke permukaan batuan. Ini membuktikan bahwa lingkungan kawah tumbukan terus berkembang sejak 35 juta tahun yang lalu.

Peneliti mengungkapkan bahwa panas yang dihasilkan dari tumbukan mungkin akan membunuh segala makhluk hidup di permukaan kawah. Namun, rekahan dari asteroid menyediakan ruang bagi air dan nutrisi yang mengalir memberi kesempatan berkembangnya makhluk hidup.

Ilmuwan percaya, asterkawah tumbukan memberi perlindungan bagi makhluk hidup dari perubahan iklim, seperti pemanasan global dan zaman es.

Charles Cockell, peneliti University of Edinburgh, mengatakan, "area rekahan di sekeliling kawah tumbukan memberikan tempat perlindungan bagi mikroorganisme sehingga bisa berkembang dalam jangka waktu lama."

"Penemuan kami mengindikasikan bahwa sub-permukaan kawah di Mars mungkin menjadi tempat yang menjanjikan untuk mencari bukti kehidupan," tambah Cockell seperti dikutip BBC

"Kembaran" Tata Surya Ditemukan

0 comments


    Sistem dengan bintang induk HD 10180 menghebohkan dunia astronomi pada tahun 2010. Selain tata surya, sistem keplanetan itu menjadi yang terbesar karena memiliki tujuh planet. Kini, sistem keplanetan berjarak 127 tahun cahaya itu kembali menjadi perhatian. Jumlah planet yang mengorbit HD 10180 ternyata bukan hanya tujuh, melainkan sembilan.

     Miko Tuomi dari University of Hertfordshire adalah astronom di balik penemuan ini. Ia memublikasikan hasil risetnya di jurnal Astronomy and Astrophysics, Jumat (6/4/2012). Tuomi menganalisis data hasil observasi instrumen High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher pada teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla, Cile. Sebelumnya, pengamatan di European Southern Observatory menemukan enam planet ekstrasurya serta satu planet yang masih perlu dikonfirmasi keberadaannya. Lima planet merupakan planet serupa Neptunus dengan massa 12-25 kali massa Bumi. Sementara satu lagi adalah planet serupa Saturnus bermassa 65 kali Bumi dengan waktu revolusi 2200 hari. Selain meyakinkan adanya enam planet, penelitian Tuomi juga membuktikan adanya planet ketujuh yang bermassa 1,4 massa Bumi dan menemukan dua planet tambahan. Dua planet tambahan diketahui merupakan planet Bumi Super. Ukuran dua planet tersebut masing-masing 1,9 kali massa Bumi dan 5,1 kali massa Bumi. Planet ketujuh mengorbit HD 10180 dalam waktu hanya 1,2 hari Bumi. Dua planet tambahan yang ditemukan mengorbit dalam waktu 10 dan 68 hari Bumi. Dengan waktu orbit yang begitu singkat, dua planet tambahan yang ditemukan berjarak sangat dekat dengan bintangnya. Kondisinya sangat panas sehingga air dan kehidupan sulit untuk didapati.

    Dengan jumlah sembilan planet, sistem keplanetan dengan bintang induk HD 10180 bisa disebut "kembaran" tata surya. Jumlah planet sama dengan jumlah planet di tata surya ditambah Pluto. Sistem keplanetan HD 10180 juga memiliki kesamaan lain dengan tata surya. Bintang HD 10180 sendiri merupakan bintang katai kuning, memiliki massa sebanding dengan Matahari.